السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Udah lama banget gak ngepost.. :( But now i'm back..!! :D (GAK ADA YANG NUNGGUIN JUGA! :p).
Sekarang mau bawa puisi-puisi yang dulu di bikin buat tugas bahasa Indonesia waktu kelas 11. Udah cukup lama juga sih.. makanya sekarang pas di baca-baca lagi serasa mau ketawa-ketawa sendiri bacanya! Kkk~
Sebagian besar puisinya di bikin tangga 16 februari 2014, sisanya dapet nemu dari coretan-coretan abstrak di halaman paling belakang buku-buku sekolah. Ya... gitu deh kalo lagi jam kosong di kelas! Kerjaanya coret-coretin buku gak jelas! Haha..
Langsung aja, check these out! :) (BAGUS JUGA ENGGAK!).
SEMAI RANDA TAPAK
Aku bagai setangkai randa tapak
Diantara ribuan lainnya
Kecil, rapuh
Aku bisa terhempas sewaktu-waktu
Tersemai,
Terlepas genggamanku
Gugur,
Diterbangkan angin
Membuka mataku tentang warna hidup lain di perjalananku
Terhempas,
Di tiup angin
Mmebuka fikiranku tentang adakah arti hidupku?
Tersemai,
Saat hempasan itu selesai menjatuhkanku
Dimanapun itu,
Inilah yang ku pilih
Tersemai, tak untuk mati
Jatuh, bukan untuk berakhir
Untuk tumbuh lagi
Meski hempasan itu mungkin datang lagi
Teko-Teko Pekat
Teko-teko pekat bergelantungan di sela mega
Orange senja tersamar abu-abu mendung
Sepotong matahari tersisa di barat
Hingga habis tenggelam bersembunyi
Teko-teko pekat menuangkan airnya
Senada dengan hembusan angin yang berdesis
Selamat malam, bisiknya
Titik-titik gemerlap tak terlihat menghias langit
Hanya ada gumpalan besar
Bak bongkahan es kaca pantulan
Teko pekat diatas meja
Teh hangat dan sepotong biskuit menjadi menu utamanya
Teko-teko pekat menganak sungai
Membasahi tilam suci
Air tulus dari kepercayaan dan ketakutan
Penyesalan dan kesadaran
Penuh terimakasih
Teko-teko pekat tak lagi terlihat
Terganti fajar tak lagi bersembunyi
Rintik air terpola di jendela
Entah embun atau jejak hujan semalam
Teko pekat di atas meja
Kopi hangat menunya
Dengan aroma yang manis
Selamat pagi, bisiknya
Setia
Aku akan tetap seperti ini
Tak peduli akankah detik memberi kita waktu
Tak peduli akankah jarak memberi kita tempat
Aku akan tetap seperti ini
Mengemis Harap
Kaki telanjang di aspal tajam
Keringat bercucuran diantara asap kendaraan
Tangan menengadah mengharap belas kasihan
Penuh hara mulia dalam kehinaan
Berharap esok yang lebih mulia untuk anak-anaknya
Berharap esok yang lebih halu untuk istrinya
Berharap esok yang lebih kenyang untuk keluarganya
Tahukah Kau?
Tahukah kau?
Saat kupu-kupu
Dengan sayap patah nan kurus
Mati kelaparan
Saat bunga-bunga
Di tanah tandus
Mati kekeringan
Saat itulah aku,
Hatiku,
Mati merindumu
Tahukah kau?
Saat matahari timur
Hingga hinggap ke barat
Aku menunggumu seakan sekarat
Tahukah kau?
Saat rembulan bersinar
Hingga berganti fajar
Saat itu aku masih menanti
Berharap rasa ini terpenuhi
Tahukah kau?
Aku menyayangimu
Taubat
Di keheningan malam
Tetesan air mata
Mengalir di hidung
Membasah dalam sujud
Atas diri hina yang penuh dosa
Hati yang penuh noda
Jiwa yang ternyata hampa
Dikeheningan malam
Air mata menjerit
Kedua tangan terangkat meminta
Untuk sekali lagi
Memohon ampun
Atas diri hina yang penuh dosa
Hati yang penuh noda
Jiwa yang ternyata hampa
That's all! :)
Kapan-kapan mau ngepost kaidah puisinya deh! ^_^
Annyeong~ Thanks alot for reading.. :)
*Yang udah baca, comment please! :)
No comments:
Post a Comment