|| a story by Ly @Lia_YH ||
|| Length : One Shoot ||
|| Rating : PG-15 ||
|| Genre : Mystery, Schoo Life, Romance, Friendship ||
|| Main Cast : Park Nana (OC), Byun BaekHyun EXO, Kim JongDae EXO ||
|| Special Cameo : Jin BTS ||
**
Akhirnya ff yang sudah lumutan nangkring di draft ini di publish jugaaa. Ff ini ditulis sekitar awal tahun 2015. Dan kenapa baru di publish? Gak ada alasan lain selain authornya malu sama tulisannya yang malu-maluin ini. Heu -,-
Tapi semalu-maluinnya tulisan ini, however, this story was flowing purely from my own imajintion. Diharap tidak meng-copy semua atau sebagian tulisan ini tanpa cr yang jelas, ya. ;)
Happy Reading! :)
**
.
.
.
.
'Drrrt' Getaran handphone terdengar nyaring di kamar sepi yang pemiliknya masih tertidur manis di ranjang pink berpola polkadot warna-warni itu. Diraihnya handphone yang telah cukup lama bergetar. "Ne, yeboseyo.. Nugusijyeo?" Jawabnya lesu. Mungkin nyawanya belum terkumpul semua.
"Ne, yeobosaeyo Nana-ssi. Naega JeongDae-ieyeo."
"He? Ne, Sunbaenim?" Dengan mendengar nama JeongDae seolah sebuah desiran angin kencang mengumpulkan seluruh nyawanya dan menghilangkan lesunya.
"Aku ingin memberitahu mu, aku sedang bersama Jin, bendahara dari music club. Kemarin malam ia kehilangan uang kas yang ia simpan dalam brankas di ruang music. Bisa kah kau datang ke rumahku sekarang juga?" Tutur JeongDae.
"Aish.. Kenapa ia baru melapor sekarang? Ne, Sunbaenim. Aku akan segera berangkat."
Setelah sambungan terputus Nana segera berlari menyambar handuknya dan melakukan mandi kilat secepat yang ia bisa. Lalu ia segera membungkus dirinya dengan tanktop putih dan kemeja jingga lengan panjang yang ia gulung dan tak menggunakan kancingnya dengan benar, sebuah rok berwarna pastel sebatas lutut, sneaker putih kesayangannya, dan tak ia tinggalkan tas kecilnya.
Ini masih sangat pagi, Nana hanya menengguk segelas susu yang sudah tersaji di atas meja dan segera berangkat menuju rumah JeongDae.
@JeongDae's room.
"Maaf merepotkan. Tapi aku sudah benar-benar kehabisan akal memikirkan kemana uang itu pergi." Ucap Jin.
"Ne, gwaencahana. Kami akan berusaha membantu." Jawab JeongDae lembut. Ia adalah seorang ketua detective club sekolah menengah yang sangat ramah dan baik kepada siapapun. Ia akan selalu berusaha menolong siapapun yang datang kepadanya. Itulah yang membuat Nana nyaman bertahan dalam club meski 99% anggota mereka telah mengundurkan diri dan hanya menyisakan mereka berdua dalam detective club nya.
"Uang itu benar-benar hilang atau.. Maksudku, berapa jumlah uang yang hilang itu? Dan bukankah disana ada kamera pengintai?" Selidik Nana.
"₩5,563,700,. Aku selalu mencatat semua pengeluaran dan pemasukan kas dengan rapi tanpa pernah ku tunda-tunda agar aku tidak lupa. Tapi malam itu aku pergi menyimpan uang pemasukan ke dalam brankas, dan brankas itu sudah benar-benar kosong. Dan sepertinya kamera pengintai itu telah di sabotase oleh pelakunya."
"Siapa saja yang mengetahui kode brankas itu?" Tanya Nana lagi.
"Jin sendiri, BaekHyun ketua music club, dan JiEun sekretaris music club." Jawab JeongDae yang telah lebih dahulu mengorek informasi ini. "Aku dan Jin telah memeriksa brankas itu tadi. Dan aku menemukan ini." JeongDae menunjukan rekaman kamera pengintai di ruang musik dan sebuah plastik kliper berisi pin keanggotaan music club berbentuk not balok yang biasa mereka kenakan di lengan kanan seragam sekolah mereka.
"Ini.. Pin keanggotaan kalian?" Tanya Nana memastikan.
"Eum." Jin mengangguk.
Kemudian mereka memutar rekaman yang menunjukan kegiatan tak mencurigakan di ruangan musik, hingga sebagian rekaman pada malam harinya hilang selama beberapa waktu. Hanya terlihat titik-titik yang bergerak tak beraturan dan suara desisan, persis televisi yang kehilangan signal. Sepertinya seseorang telah melakukan sabotase pada kamera pengintai. Lalu rekaman kembali menyala dan menunjukan Jin yang memasuki ruangan musik untuk memeriksa brankas dan sangat terkejut ketika mendapati brankas dalam keadaan kosong.
"Sipal! Rekaman itu hilang pada saat yang tepat! Dan membuat kita tidak bisa melihat pelakunya!" Umpat Jin.
"Ne. Pasti pelaku telah mensabotase kamera pengintai sebelum melancarkan aksinya." Yakin JeongDae.
"Ku rasa haruslah seseorang yang mengenal betul ruangan musik untuk melakukan sabotase itu. Apa kita harus menunggu hingga besok untuk melihat siapa dari anggota music club yang kehilangan pin keanggotaan mereka?" Usul Nana.
"Geurae." JeongDae mengangguk. "Tapi aku telah mendapatkan merek parfume yang melekat pada pin ini. Creed, parfum kelas tinggi dari Olivier Creed. Dulunya merupakan andalan kerajaan Inggris yang di buat secara manual dengan tangan, tanpa menggunakan mesin. Biasanya digunakan oleh sosialita wanita maupun pria." Lanjut JeongDae.
"Jin-ssi, apa kau tahu siapa yang memiliki parfume seperti itu?" Tanya Nana.
"Molla. Aku tidak memiliki parfume seperti itu. BaekHyun hyung yang juga mengetahui kode brankas sepertinya tidak memiliki parfume seperti itu. Tapi aku tidak tahu dengan JiEun, ia selalu terlihat elegan dengan semua yang ia kenakan." Papar Jin.
'Jin benar, namja sederhana seperti Baekhyun cenderung tidak memiliki minat untuk membeli parfume semahal itu.' Fikir Nana.
"Tapi kita tidak boleh berfikiran sempit dengan hanya mencurigai kedua orang itu. Meski selain Jin hanya mereka berdua (BaekHyun dan JiEun) yang mengetahui kode brankas itu, tapi diluaran sana juga masih banyak orang yang memiliki akses memasuki ruangan music." Nasihat JeongDae.
...
Keesokan harinya di sekolah.
"Bagaimana?" Sambut JeongDae ketika Jin duduk di kursi kantin dihadapannya dan Nana.
"Ne, aku telah melihat seseorang yang tidak memakai pin keanggotaanya." Lapor Jin gugup.
"Nugu?" Tanya Nana dan JeongDae.
"Ketua Baekhyun." Lanjut Jin lalu menutup matanya dengan berat, pertanda rasa kecewa terhadap ketua yang selalu ia banggakan tersebut. "Sehari sebelum malam itu, Baekhyun hyung mengeluh padaku tentang guitarnya yang rusak dan ingin ia gantikan dengan guitar baru. Tapi ia juga mengeluhkan orang tuanya yang tak mau membelikannya guitar baru." Ungkap Jin.
"Baiklah, Nana. Itu tugasmu. Kau, carilah sebanyak mungkin informasi mengenai kemana Baekhyun pada malam saat kejadian itu dan juga bukti-bukti lain yang menunjukan ia pelakunya. Jika ia memang pelakunya, ini akan menjadi tugas mudah bagimu. Tapi jika ia bukan pelakunya, segeralah mengabariku." Titah JeongDae.
"Dan sebenarnya.. Sore sebelum malam itu aku melihat seseorang seperti mengendap masuk ke ruangan musik. Tapi saat aku periksa, disana tidak ada siapa2." Tambah Jin lagi.
"Baiklah, yang ini tugasku." Ucap JeongDae.
..
Jam pelajaran sore ini telah berakhir. Dan disanalah mereka berdua, Nana dan JongDae, memisahkan diri dibawah pohon maple di sisi kanan sekolah, tampaknya sedang membicarakan hal yang cukup penting.
"Aku telah membuat janji untuk belajar bersama BaekHyun sunbaenim sore ini di rumahnya. Aku berpura-pura meminta bantuannya untuk menyelesaikan tugas musik." Lapor Nana.
"Baik. Kerjakanlah dengan benar. Dan ingatlah, selama kasus ini belum menemukan titik terang, jangan percayai siapapun."
"Arraseo, Sunbaenim." Nana mengangguk tanda menerima instruksi dari ketuanya.
"Gadis pintar.." JeongDae mengusap pucuk kepala Nana. Dan blush.. Wajah Nana merona seketika.
...
Kali ini Nana tampak berbeda dengan summer dress pink berpola bunga yang ia kenakan. Jika saja ia bukan yeoja kelas 1 SMU yang menenteng sejumlah buku ditangannya, ia pasti akan terlihat sexy dengan penampilan musim panasnya ini. Tampilannya itu ia padukan dengan sepatu flat, bando berbentuk telinga kucing yang simple, dan tas selempang kecil yang melengkapi penampilan manisnya.
Nana berdiri tertegun di depan sebuah pintu besar pada rumah dengan eksterior mewah dan bernuansa Eropa nan anggun itu. Ia mengecek sekali lagi secarik kertas alamat yang BaekHyun berikan padanya tadi siang di sekolah. "Apa benar ini rumahnya?" Gumam Nana takjub. Pasalnya, Baekhyun yang ia tahu bukanlah tipe namja yang sering berganti-ganti sepatu dan mobil ke sekolah seperti yang diakukan para siswa kaya lainnya. Sekilas Nana pun berfikir bahwa Baekhyun yang memiliki rumah sehebat ini tidak mungkin mengambil uang dari brankas music club. Tapi kemudian ia teringat pesan JeongDae untuk tidak mempercayai siapapun sebelum ia menemukan titik terang dalam kasus ini.
Tak lama, seorang wanita paru baya datang membukakan pintu, padahal Nana belum sedikitpun mengetuk pintu itu. "Ah.. Rumah sebesar ini pasti memiliki alat pendeteksi datangnya tamu. Kkk.." Fikir Nana mencoba sedikit menghibur dirinya sendiri yang sedang berada dalam misi penyelidikan.
"Selamat sore.. Tuan muda telah menunggu agashi di kamarnya." Sambut wanita paru baya yang baru saja membukakan pintu.
"..." Nana menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa wanita itu tidak salah orang.
"Ya. Jika Agashi ini bernama Park Nana, maka tuan muda Byun BaekHyun telah menunggu agashi di kamarnya untuk belajar bersama." Wanita itu mengulang penjelasannya.
Kali ini Nana yakin bahwa wanita itu tidak salah. Nana pun mengikuti wanita paru baya itu menuju kamar di lantai dua yang katanya adalah kamar BaekHyun.
Nana menata buku-buku yang ia bawa di atas karpet di samping bawah tempat tidur Baekhyun. Tapi kemana namja itu? Fikir Nana. Nana menggunakan waktu kosong ini untuk memeriksa isi kamar Baekhyun.
Terpampang beberapa lukisan karya maestro terkenal dunia menghiasi dinding kamar Baekhyun. Ternyata ia memiliki selera yang tinggi. Fikir Nana kemudian. Apa yang ia lihat telah merubah fikirannya terhadap Baekhyun yang selama ini terkenal sebagai Namja sederhana di sekolah.
Tapi bukan lukisan-lukisan itu bagian pentingnya. Nana melihat beberapa guitar bersender di dinding, dan sebuah guitar yang tampak berbeda dengan yang lainnya. Pasti itu guitar rusak yang di maksud Jin. Fikir Nana. Dilihatnya lagi sebuah guitar yang masih terbungkus rapi, tampaknya guitar Cole Clark Angel itu baru saja dibeli BaekHyun, barcodenya saja masih tergantung dan menunjukkan harga yang fantastis pada guitar itu. Fikir Nana lagi.
Kemudian matanya tertuju pada sebuah nakas di samping cermin besar. Disana terdapat beberapa botol parfume dengan bermacam warna. "Hn. Flamboyan." Desis Nana sebelum ia mencoba mencocokannya dengan merk parfume yang ditemukan JeongDae, namun tidak sempat. Baru saja Nana hendak bangkit dari karpet, "Park Nana-ssi, itukah kau?" Sebuah suara mencegahnya.
Nana menoleh ke arah pintu toilet, tempat orang yang baru saja berbicara itu berdiri.
Tampak Baekhyun yang baru keluar dari toilet hanya mengenakan celana training dan sebuah handuk yang ia gunakan untuk mengacak-acak rambutnya yang basah. Kegiatannya membuat beberapa tetesan air dari rambutnya jatuh dan mengalir di dada lalu perutnya. Dan itu benar-benar telah membuat Nana malu melihatnya.
"Ah.. Annyeonghaseyo. Aku tak tahu kau akan datang seawal ini. Aku benar-benar belum melakukan persiapan apapun." Keluh Baekhyun lalu menuju ke tempat Nana.
Nana segera bangkit, "Baiklah, silahkan kau bersiap-siap dulu, Sunbaenim. Aku akan menunggumu diluar." Kata Nana kikuk.
"Tidak perlu." Baekhyun masih meneruskan langkahnya mendekati Nana. Kali ini sebuah seringaian tak terartikan terukir di bibir baekhyun. Nana berjalan mundur tanpa arah dan berusaha menghindari Baekhyun. Namun sesuatu dibelakangnya telah memutuskan jalan dan menghentikan langkahnya. "Lebih baik kita langsung mengerjakan tugasmu saja. Karena pasti akan membutuhkan waktu yang lama jika kau harus menungguku bersiap-siap. Tahu tidak, aku selalu siap untuk membantumu." Bisik Baekhyun misterius saat Nana terhimpit diantara tubuh Baekhyun dan lemari besar di belakangnya.
Nana benar-benar lemas dan ketakutan. Bahkan ia terlalu takut untuk hanya sekedar mengangkat kepala dan membuka matanya atau bertanya -Apa yang akan kau lakukan?-.
"Bahahahahahaha... Wajahmu begitu menggemaskan seperti anak kecil saat ketakutan seperti ini." Tawa Baekhyun meledak seketika. "Ppffft.. Mianhae, Nana Ya! Suasana aneh ini membangkitkan otak jahilku. Ppffft."
"MWO?" Kali ini Nana berani mengatakan sesuatu. Didalam sana ada rasa lega dari kecemasan kehilangan sesuatu yang berharga saat ini juga. Gadis konyol.
"Keurondae, kau menghalangi lemari pakaianku. Apa kau lebih senang melihatku seperti ini? Hm? Tapi aku benar2 kedinginan." Goda Baekhyun lagi.
Nana yang baru menyadarinya segera menyingkir agar memberi akses pada Baekhyun untuk mengambil pakiannya didalam lemari. Kemudian Nana segera berlari menuju karpet dengan batin yang memaki sikap memalukannya barusan. Sementara Baekhyun masih asyik menahan tawanya.
Nana duduk dan membuka lembaran bukunya. Hanya dibuka saja, karena sebenarnya bola matanya menyudut memerhatikan gelagat targetnya yang berdiri beberapa jarak darinya. Nana melihat Baekhyun kini sedang mengambil sebuah kaos putih lengan panjang, kemudian menyemprotkan parfume pada tubuhnya sebelum ia memakai bajunya. Nana mengamati merk parfume itu, tapi tak terlihat jelas.
Baekhyun akhirnya menyadari bahwa Nana sedang memperhatiknnya. Baekhyun pun menoleh, dan seketika itu juga Nana membuang muka. BaekHyun hanya tersenyum kecil.
Baekhyun duduk disamping Nana dan hanya menyematkan kaos putihnya di bahunya.
"khm.. Mian, sunbaenim.. Parfume apa yang kau kenakan itu?" Tanya Nana ragu. Ia tak yakin ia menanyakan hal semisal ini pada seorang namja. 'Jika bukan karena tuntutan tugas pun aku tidak akan mau menanyakannya.' Batin Nana.
"Wae? Kau menyukai parfume itu?" tanya Baekhyun, kemudian menarik pinggang Nana untuk duduk lebih dekat disampingnya. "Kau bisa duduk di dekatku jika kau menyukai bauku." Lanjut Baekhyun kemudian. Sepertinya ia benar-benar menikmati untuk menggoda Nana.
Baekhyun menahan pinggang Nana dengan erat dan membuat lengan gadis itu menempel disamping rangkulannya. Beberapa tetesan air dari rambutnya yang basah turun ditelinga Nana. Untuk sesaat otak Nana melambat untuk mencerna situasi. Hingga ia tersadar, 'Kerjakanlah tugasmu dengan benar.' Terlintas perintah JeongDae ditelinganya. Nana segera menenangkan dirinya. 'Aku perlu otak yang jernih untuk melakukan tugas ini.' Tekad Nana.
"Kya! Berhentilah menggodaku seperti ini, sunbaenim! Jangan menganggapku seperti anak kecil." Protes Nana.
"He? Ternyata yeoja ini bisa melawan juga? Pffft.." Goda Baekhyun lagi, dan lagi.
'Hwaa.. JongDae Sunbaenim.. Ini bukan tugas yang mudah..' Keluh Nana dalam hati.
"Cepat pakai bajumu dan bantu aku mengerjakan tugas musik ini." Cibir Nana yang mulai kesal dengan ulah targetnya ini.
Baekhyun pun menurut dan memakai pakaiannya, tapi kemudian, ia malah naik ke atas ranjangnya, menyenderkan tubuhnya ke kepala ranjang, dan menopang kepalanya dengan kedua tangannya.
'Cih.. Lihatlah tingkah sombongnya di luar sekolah!' Umpat Nana, tentu tak ia lontarkan dari mulutnya dan lagi-lagi hanya berkelumit dalam hati saja.
"Ani, berhentilah berpura-pura. Jika kau mau, aku bisa menjadi partner dalam tugasmu yang lain." Kata Baekhyun angkuh.
Nana tertegun sesaat. 'Apa maksudnya 'dalam tugasmu yang lain'? Apa Baekhyun sunbaenim telah mengetahui motif utama kedatanganku ke rumahnya? Atau ia hanya sedang menggodaku lagi?' Nana khawatir.
"Kali ini aku serius. Jika kau tidak mau, ya sudahlah.. Kau bisa pulang sekarang juga." Lanjut Baekhyun kemudian.
Nana membulatkan matanya, ia terkejut dengan pengusiran yang baru saja ia terima.
Akhirnya Nana menoleh. "Apa maksudmu, sunbaenim? Aku hanya perlu kau membantuku menyelesaikan tugas musik ini." Nana masih mempertahankan aktingnya meski ia curiga bahwa Baekhyun telah mengetahui strateginya.
"Aish.. Sudah ku bilang berhentilah berpura-pura. Dan kemarilah jika kau ingin tugasmu terselesaikan dengan cepat." Baekhyun menepuk2 pinggiran ranjang disampingnya untuk mengisyaratkan bahwa Nana harus duduk disana.
Pertahanan Nana melemah, ia benar-benar penasaran dengan apa yang dikatakan Baekhyun.
Nana duduk disamping Baekhyun. Dan tanpa aba-aba, Baekhyun menarik tubuh Nana kedalam pelukannya dan membenamkan kepala Nana didadanya.
Nana mengerjapkan matanya sesaat, lalu "Kya!! A apa yang kau lakukan?!" Tentu Nana tak tinggal diam. Ia berontak dengan teriakan gugup dan pukulan-pukulan kecil dari tangannya yang terbatasi ruang geraknya oleh pelukan Baekhyun. Tapi tendangan-tendangan Nana benar-benar menganggu Baekhyun.
"Ya.. Ya.. Ya.. Berhentilah memukul dan menendang! Tenanglah. Bukankah kau perlu otak yang jernih untuk melakukan tugasmu." Ucap Baekhyun. Dan itu berhasil membuat Nana berhenti memukul.
'Siapa sebenarnya namja dihadapanku ini? ' Fikir Nana.
"Eottae? Apa aku tercium seperti Creed dari Kerajaan Inggris?" Tanya Baekhyun kemudian. Dengan menyebutkan merk yang sama dengan parfume yang disebutkan JeongDae.
"N.. Ne." Jawab Nana kaget.
@Another place.
Sementara itu, JongDae mengajak Jin ke ruang music untuk menuntaskan kasus ini.
"Aish.. Kenapa Nana belum juga menghubungiku? Ini sudah malam." Desis JeongDae memandangi layar handphonenya. Sebenarnya ia memang tidak memiliki hak apapun untuk mengetahui apa yang Nana lakukan. Tapi jika saat mengerjakan tugas seperti ini, mereka harus selalu terhubung.
"Subaenim, lihatlah.. Sebuah jejak sepatu tertinggal di dekat brangkas. Sepertinya saat itu pelakunya bersembunyi disini." Jin menarik fokus JeongDae.
"Berhentilah Jin-ssi." Timpal JeongDae malas. Kali ini ia tak seperti biasanya. Ia lebih fokus pada layar handphonenya untuk menunggu Nana menghubunginya.
Sesaat kemudian JeongDae menyadari sikap buruknya pada Jin, "Mianhae, Jin-ssi. Tapi pencuri itu mencuri 2 malam yang lalu. Jadi yang kau lihat ini hanyalah jejak kaki biasa." Jelas JeongDae mencoba memecah kecanggungan.
"Ah.. Ne." Jawab Jin mengerti.
"Jin-ssi?"
"Eum?"
"Apa sore itu kau benar2 tidak melihat siapapun di dalam ruang musik?"
"Ani."
"Apa malam itu ada orang lain yang menemanimu memeriksa brankas?"
"Aniyo." Jawab Jin lagi.
"Siapa yang terakhir menemanimu disana, saat siang hari, mungkin."
"Ketua Baekhyun." Tegas Jin.
@Another place
Baekhyun membuka laci nakas di samping ranjangnya. "Lihatlah ini." Ia menunjukan banyak sekali pin keanggotaan music club di dalamnya.
"He?" Nana heran. Seharusnya ia tahu bahwa seorang ketua akan menyimpan banyak pin keanggotaan. "Lalu, kenapa kau tak memakainya ke sekolah?" Selidik Nana.
"Jin meminta yang sedang ku pakai. Jadi ku serahkan saja punyaku."
"Jin memintanya?" Selidik Nana lagi.
"Geurae. Miliknya hilang. Seharusnya kau tahu ke arah mana perbincangan ini akan menuju." Baekhyun tersenyum. Kali ini senyumannya cerah.
"Ne. Seorang ketua yang baik memang seharusnya mengetahui tingkah laku anggotanya. Jadi, menurutmu Jin pelakunya?" Kini Nana berfikiran lebih terbuka dan berhenti berpura-pura didepan Baekhyun.
"Fikirkan saja. Apa ia melaporkan kasus ini secara langsung setelah kejadian itu terjadi? Apa ia menyampaikan laporannya secara sekaligus atau berangsur-angsur dalam selang waktu?" Pertanyaan itu Baekhyun buat untuk mencoba meyakinkan Nana.
"Ne untuk keduanya." Nana menunduk lesu. Tapi pertanyaan -pernyataan- Baekhyun barusan tak cukup menjadi bukti.
"Ikutlah denganku. Akan ku tunjukan sesuatu."
Baekhyun mengajak Nana menuju meja belajarnya. Ia menyalakan komputernya dan menunjukan sesuatu yang cukup canggih. "Ini terhubung dengan semua handphone dan gadget para anggota music club melalui ip mereka. Maksudku aku tidak menguntit kehidupan pribadi mereka. Aku hanya memakai kata kunci music club untuk menyaring apa yang mereka lakukan dengan kata music club pada handphone mereka. Dan tak ku sangka ini berhasil." Tutur Baekhyun.
"Apa yang kau temukan?" Antusias Nana.
"Ip Jin dan seseorang entah siapa diluar sana yang membicarakan brankas music club." Baekhyun menzoom sebuah percakapan kecil disana.
"Jin-ssi?!" Kata Nana tak percaya.
"Mungkin ini mustahil bagimu mengingat bahwa Jin lah yang meminta bantuan kalian. Tapi kau harus ingat bagaimana caranya melapor." Ucap Baekhyun.
"Ia melaporkan dengan sangat terlambat. Ia juga memberikan informasi lainnya secara acak, tidak berurutan, dan tidak sekaligus. Seperti setiap saat selalu ada bukti baru. Tapi apa maksudnya melakukan ini?" Ingat Nana.
"Dalam kriminal, semua bisa saja terjadi. Tapi terkadang sisi kemanusiaan lebih penting daripada hukum. Aku tahu Jin melakukannya dengan terpaksa."
"Apa maksudmu? Ayo jelaskan di perjalanan. Bisakah kau mengantarku ke sekolah? JeongDae sunbae dan Jin sedang berada di ruang musik disana. Ayo berangkat sebelum Jin pergi!" Nana segera menarik lengan Baekhyun untuk lekas berangkat.
@Another place.
"Jadi, Baekhyun adalah orang terakhir yang menemanimu disini?" JeongDae meminta penjelasan.
"Eung." Jawab Jin singkat.
"Jadi, ku rasa aku tahu bagaimana pin keanggotaan itu bisa ada disini." JeongDae mengeluarkan sebuah cd kamera pengintai ruang music yg ia dapat dari Jin kemararin, lalu memasukkannya pada sebuah dvd dan memutarnya di monitor besar di ruang music.
"Duduklah." Lanjut JongDae menepuk kursi piano yang ia duduki yang masih tersisa sedikit tempat untuk berbagi dengan Jin. Dengan sedikit canggung, Jin duduk disamping JeongDae.
Rekaman terputar pada hari kejadian. JeongDae memegang remote controlnya.
"Kau bilang sore itu kau melihat ada seseorang yang masuk, lalu kau memeriksanya dan tak menemukan siapapun?"
".." Jin hanya mengangguk yakin.
"Dalam rekaman ini, sepanjang sore tidak ada kedua adegan itu.Tak ada yang menyelinap, dan kau tak memeriksa kedalam."
'glek' Jin keluh.
"Rekaman tiba-tiba mati di detik 20.54.18 aku ingat bagaimana kau mengatakan bahwa rekaman itu hilang pada saat yang tepat dan membuat kita tidak bisa melihat pelakunya. Tapi kau salah, Jin-ssi, itu bukan saat yang sangat tepat. Kita bisa melihat pelakunya disini." JeongDae tersenyum.
"Nu.. Nugu?" Jin tersentak.
"Rekaman kembali berlanjut di detik 20.56.09 hanya selang 1 menit 9 detik. Tak ada yang bisa mencuri dari sebuah brankas berkode pengaman dan melarikan diri dalam waktu secepat itu. Kecuali, pencuri itu mengetahui kode brankasnya dan ia tidak melarikan diri." JeongDae kembali tersenyum, kali ini senyum misterius. "Rekaman berlanjut pada adegan kau membuka brankas dan tampak frustasi saat kau melihat brankas dalam keadaan kosong. Kau membanting pintu brankas dan terlihat sangat resah. Tapi lihatlah ini.." 'Pliff'JeongDae menekan tombol pause. "Terlihat jelas, kau kehilangan pin keanggotaanmu, Jin-ssi." JeongDae kembali tersenyum seperti biasanya.
"a.. Aku.." Jin gelagapan.
"Seharusnya kau mengulang adegan dari saat kau memasuki pintu ruangan musik dan memeriksa kelengkapan barangmu untuk menghindari tertinggalnya barang bukti, hobae.." Seperti biasanya pula JeongDae berkata dengan lembut, namun terdengar seperti hukuman di telinga Jin.
"Ta.. Tapi, kau tahu sendiri parfume apa yang ada pada pin keanggotaan itu. Itu bukan milikku." Elak Jin.
"Ne. Aku tahu kau meminta pin Baekhyun dan menukarnya dengan pin mu yang tertinggal di brankas sebelum kau memutuskan untuk melaporkan ini padaku."
"Da.. Darimana kau tahu?"
"Baekhyun. Aku mendiskusikannya dengan ketua music club yang memang seharusnya tahu tentang sesuatu yang terjadi di clubnya. Hal janggal telah ku cium sejak awal saat kau tidak melaporkan ini pada ketuamu sendiri."
"A.. Aku.." Jin gelagapan.
'Brak!!' Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan music dengan kasar.
"Sunbaenim! Jin lah pelaku yang sebenarnya." Teriak Nana dari pintu.
"A.. Aku.." Jin hendak melarikan diri, namun 'brukk!' Ia terjatuh. JeongDae telah bertindak sejak awal, ia memborgol lengannya sendiri dengan lengan Jin saat ia meminta Jin untuk duduk bersama di kursi piano tadi. "Mi.. Mianhae.." Jin menyerah.
...
Keesokan harinya.
JeongDae, Nana, dan Baekhyun sedang menghabiskan Ice cream siang hari mereka ditaman. JeongDae mentraktir untuk meregangkan otot mereka yang bekerja cukup lelah tadi malam.
"Kelak jika kita telah dewasa, permasalahan akan lebih besar dari yang kita lihat ini. Jin hanya seorang anak yang menjadi korban pemaksaan keadaan atas kondisi ekonomi keluarganya. Aku menyesal tidak menyadari masalah ini sejak awal. Sebagai ketua seharusnya aku lebih memerhatikan anggota saat di club maupun di luar club." Eluh Baekhyun.
"Aniyo. Kau sudah sangat baik dengan membiarkan Jin tetap memiliki uang itu dan menggantinya dengan uangmu, sunbaenim. Bahkan kau menambahkan uang untuk pengobatan ibunya Jin. Itu adalah sikap ketua yang sangat baik menurutku. Dan kau benar, terkadang sisi kemanusiaan lebih penting dari hukum." Timpal Nana.
"Ah.. Jadi, menurutmu, Baekhyun adalah ketua terbaik?" JeongDae menunjukan ekspresi kecewanya.
"He? A.. Aku.. Aku hanya. .. Tapi kau juga adalah ketua yang sangat baik, JeongDae sunbaenim." Nana mencoba menenagkan JeongDae dengan senyuman manisnya.
"haha.." JeongDae dan Baekhyun tertawa.
"Tentu saja aku adalah ketua yang baik, yang membiarkan anggotaku lebih dekat dengan target pura-puranya selama penyelidikan!" Tukas JeongDae kemudian lalu kembali tertawa bersama Baekhyun.
"Eh?" Nana tersipu malu. Meski tidak mengerti dengan situasi saat ini, tapi Nana menyadari seperti JeongDae sedang berusaha membuat ia dekat dengan Baekhyun.
-Tamat-
Epilog.
Sehari sebelum penyelidikan.
"Jadi, Music club kehilangan uang di brankas dan bendahara Jin hanya melaporkan ini padamu tanpa memberitahuku?" Baekhyun tersontak kaget saat mengetahui hal ini dari JeongDae.
Ya, JeongDae memutuskan untuk memberitahu Baekhyun tentang hal ini setelah ia tidak menemukan bukti atau sedikitpun tanda bahwa Baekhyun adalah pelakunya. Justru ia menyadari bahwa Jin memiliki sejumlah kejanggalan dalam hal ini.
"Ne. Dan saat ini, kau dan Jieun sedang menjadi perhatian Jin dan Nana. Entah siapa yang ingin Jin jadikan kambing hitam dalam kasus ini. Bahkan meski menemukan kejanggalan pada Jin, aku juga belum menemukan bukti kuat dan belum yakin bahwa ia pelakunya." Jawab JeongDae.
Keduanya berfikir.
"Aku akan membantu menyelesaikan kasus ini."
"Maksudmu?"
"Tenang saja, sepertinya ini akan menjadi mudah. Tapi, jangan beritahu Nana bahwa aku terlibat." Baekhyun tersenyum.
...
"Nana akan menyelidikimu besok sore. Apa kau tak keberatan?" Ucap JeongDae di layar handphone.
"Yak!"
"eh?"
"Maksudku, kenapa tidak menugaskannya sejak awal?" Baekhyun memang telah lama menaruh perhatian pada Nana, tapi ia terlalu segan.
"Hahaha..." Keduanya tertawa.
.
.
.
.
**Glek. Uhuk-nerd-uhuk. -,-
Terimakasih telah menyempatkan membaca sampai akhir dan telah bertahan dengan segala lika liku kalimat rancu dan typo yang bertebaran di sepanjang ff ini.
Kritik dan sarang sangat di harapkan. Sekali lagi, trimakasih!! ^^
**
Hahaaa, aku bingung mau komen apa wkwk. Betewe intinya aku ngga bisa bikin yg kek ginian kk~ tingkatkan!!! Wkwk
ReplyDeleteGk usah bingung, itu juga udah komen kok. Kkk.. Iya, biasanya buatanmu lebih bagus! :D Ok, sir! ^^
ReplyDeleteHeh? Lebih bagus? *aku ngakak bacanya wkwk* ngga papa untuk menghibur kegabutanku kk
ReplyDeleteIya kok :p Kapan-kapan aku mampir k blogmu ya..
DeleteHahaa,ngga ada apa apanya di blog ku wkwk
DeleteItu udah ada bbrapa postingannya juga :p Aku sudah baca Farel Lyn. Ugh!! Keren. :D
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteIya aku sedang berusaha mengaktifkan kembali blog lumutan itu wkwk. Terimakasih :D
ReplyDelete